KARYA TULIS ILMIAH


KARYA TULIS ILMIAH

BUDAYA KESAYAN SEBAGAI WUJUD PEMBANGUN KARAKTER BANGSA

 

MAULANA ADI WIBOWO (2180)

SUKRON HIDAYAT (2354)

ASMAUL KHUSNAH (2088)

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 1 KEDAMEAN

Telp./ Fax. (031)7912434  E-mail : sman1kedamean_gresik@yahoo.co.id

JL. Raya Slempit – Kedamean – Gresik  Kode Pos 61175



HALAMAN PENGESAHAN


Judul   : “Budaya Kesayan Sebagai Wujud Pembangun Karakter Bangsa
Penulis : 1. Maulana Adi Wibowo ( 2180 )
              2. Asmaul Khusnah ( 2008 )
              3. Sukron Hidayat (  2354 )
Telah disetujui dan disahkan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis yang diadakan oleh himpunan mahasiswi fakultas sejarah di Universitas Negeri Malang 2012.
Guru Pembimbing





Tri Bagus Hery Prastyo, S.Pd
NIP. 19671222 199001 1 001

Mengesahkan,
Kepala SMA Negeri 1 Kedamean





Drs.H.M.Syafa’ul Anam M.M.
NIP. 19650207 198803 1 012




ABSTRAK

 

Ketua Kelompok        :    Maulana Adi Wibowo
Tahun Penelitihan       :    2012

Judul                           :    Budaya Kesayan Sebagai Wujud Pembangun Karakter Bangsa.

Karya Tulis Ilmiah

 

Pembimbing                :           Tri Bagus Hery Prastyo, S.Pd
Pada umumnya budaya kesayan adalah budaya yang ada pada salah satu daerah yang ada di Gresik. Lebih tepatnya di daerah Kecamatan Kedamean, Desa Sidoraharjo. Budaya kesayan identik dengan gotong- royong. Yaitu, saling membantu antar warga Seperti pembangunan rumah, masjid, mushollah maupun jalan raya. Pembangunan tersebut dilakukan secara gotong-royong atau bersama-sama. Semboyan mereka adalah berat sama dipikul ringan sama dijingjing. Sikap itulah yang membuat budaya kesayan sebagai  wujud pembangun karakter bangsa. Akan tetapi peranan budaya kesayan mulai bergeser atau berkurang. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor. Antara lain yaitu dalam segi kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Ketiga faktor tersebut membuat budaya kesayan mulai bergeser ke arah negatif. Masyarakat Desa Sidoraharjo tidak diam saja dalam menghadapi perubahan –perubahan yang ada pada budaya kesayan. Karena bagi mereka, budaya kesayan harus tetap ada meskipun pada kenyataannya di zaman sekarang mulai bergeser. Warga setempat tetap berupaya agar kesayan tetap ada dalam bentuk apapun itu. Buat mereka kesayan adalah jembatan pengikat antara jurang pemisah warga desa. Rasa kebersamaan, kesatuan, persatuan dan solidaritas yang tinggi pada setiap diri warga dapat terwujud dengan suatu budaya. Yaitu budaya kesayan yang mengajarkan tentang nilai-nilai kehidupan yang baik dan membentuk karakter kebangsaan.

 

 



KATA PENGANTAR


Terimakasih penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan kesempatan sehingga karya tulis yang berjudul 
“Budaya Kesayan Sebagai Wujud Pembangun Karakter Bangsa” , dapat penulis selesaikan dengan baik.
Karya Tulis Ilmiah ini penulis susun untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah 2012 tingkat sma dan sederajat se-Jawa Timur dan Bali yang di selenggarakan oleh himpunan mahasiswi jurusan sejarah fakultas ilmu sosial universitas negeri Malang. Kami sebagai penulis berharap agar karya tulis kami dapat bermanfaat bagi pembaca, terlebihnya pada masyarakat sekitar. Buat kami sebagai penulis rasanya tidak berlebihan jika penulis menyampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
  1. Bapak Drs.H.M.Syafa`ul Anam M.M. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri I Kedamean Gresik yang memberi izin untuk karya tulis ilmiah ini.
  2. Bapak Ali Imron, S.Pd., selaku pembina exstra KIR SMANIKE 1 Kedamean. Terimah kasih atas bimbingan dan pengarahan-pengarahan yang selama ini bapak berikan pada kami. Berkat bapak, kami dapat mengerti apa itu karya tulis ilmiah.
  3. Bapak Tri Bagus Hery Prastyo, S.Pd, selaku guru pembimbing dalam penulisan karya tulis ini. Terima kasih atas pengalaman, ilmu serta pikiran, saran, tenaga, waktu, yang telah diberikan sehingga penulis mampu melaksanakan penelitian tentang budaya kesayan sebagai wujud pembangun karakter bangsa. Dengan terselesainya karya tulis kami tersebut, kami dapat mengikuti lomba karya ilmiah yang di selenggarakan di universitas Malang.
  4. Bapak dan ibu guru SMA Negeri 1 Kedamean yang telah memberikn dukungan, dorongan, dan serta do’a restu sehingga penulis mampu menyelesaikan naskah karya tulis ilmiah ini.
  5. Orang tua penulis yang telah memberikan penulis doa restu, izin, dan segalanya yang tidak akan pernah mampu penulis balas.
  6. Teman-teman di SMA Negeri 1 kedamean yang telah banyak membantu, dan memberi semangat dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
  7. Serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat kekurangan, baik dari aspek isi, sistimatika penulisan, maupun dari aspek bahasa yang digunakan. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan naskah ini selanjutnya. Semoga naskah ini dapat berguna untuk perbaikan penelitian ini dikemudian hari. Bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Dan besar harapan kami penelitian ini dapat menjadi yang terbaik di lomba karya tulis ilmiah 2012 di universitas negeri malang yang penulis ikuti ini.
Kedamean, , ,2012

Penulis


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL............................................................................................... i




BAB  I

PENDAHULUAN

 

1.1      Latar Belakang


Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan, karena kedua hal tersebut merupakan kesatuan yang bulat.
            Setiap kebudayaan lahir atau timbul dalam masyarakat manusia.  Untuk terbentuknya suatu budaya unsur-unsur masyarakat seperti faktor lingkungan, sejarah, kondisi fisik manusianya dan lain sebagainya sangat berpengaruh. Semua warga masyarakat ,baik langsung atau tidak akan terpengaruh tingkat laku dan hasil tingkah laku yang relatif sama.
            Kebudayaan menjadi pedoman bagi manusia untuk berpikir, bartingkah laku dan berkarya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari kebudayaan orang dapat mengamalkan, mengharap, bahkan mengoreksi perbuatan-perbuatan tertentu. Hal ini berarti manusia tidak dapat lepas dari pengaruh budaya. Lebih lanjut lagi seperti yang dikatakan oleh Greetz : Tak ada hakikat manusia yang tidak tergantung kepada kebudayaan. (Clifford Geertz, 1992 : 61)
            Munculnya suatu kebudayaan dikarenakan oleh adanya keinginan dari dalam diri manusia untuk menjawab suatu tantangan yang muncul, atau bisa dikatakan sebagai suatu jawaban atas pertanyaan–pertanyaan yang  timbul.
Dalam hal ini Munandar Sulaeman mengatakan bahwa munculnya kebudayaan adalah :
1.)    Anggapan bahwa adanya hukum pemikiran atau perbuatan manusia disebabkan oleh tindakan besar yang menuju kepada perbuatan yang sama dan penyebabnya yang sama.
2.)    Kebudayaan atau peradaban muncul sebagai akibat taraf perkembangan dan hasil masing-masing proses sejarahnya. (Munandar Soeleman, 1990 : 10)
Adapun pendapat dari tokoh lain yang mengungkapkan bahwa, hasil kebudayaan itu merupakan suatu ciptaan murni sebagai penggalian atau pemikiran oleh para ahli dibidangnya masing-masing dari potensi yang ada pada masyarakat pada waktu itu. (Moertjipto, 1996:38)
Sedangkan Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan dibagi menjadi 3 wujudyaitu:
1.      Kebudayaan sebagai tiga kelakuan manusia, yang di dalam prakteknya bisa berupa cita-cita, norma-norma atau aturan-aturan, pandangan, sikap dan lain sebagainya yang semua itu bisa mendorong kelakuan manusia.
2.      Kebudayaan sebagai kelakuan manusia itu sendiri biasanya berupa proses dan aktifitas manusia bersama.
3.      Kebudayaan sebagai kelakuan manusia, yang dalam masyarakat berupa benda-benda, peralatan hidup, atau perlengkapan hidup serta benda kesenian dan lain sebagainya. (Koentjaraningrat, 1974 : 83)
Kebudayaan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan alam dan zaman. Artinya bahwa kebudayaan itu bisa berkembang dan bisa menyesuaikan diri dengan penkembangan dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini Moertjipto yang mengutip perkataan Ki Hajar Dewantara bahwa kebudayaan itu bersifat dinamis dan  berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. (Moertjipto 1996:1)
Begitu juga dengan kebudayaan Indonesia yang selalu berkembang dari waktu-kewaktu dan mengalami berbagai fase. Berdasar yang dikatakan oleh Koentjaraningrat bahwa kebudayaan bisa berupa benda, perlengkapan hidup, serta perilaku atau tindakan manusia, maka dapat dikatakan bahwa budaya kesayan yang kami angkat sebagai judul penelitian kami merupakan salah satu hasil kebudayaan yang bersifat umum dalam bentuk tindakan yang identik dengan gotong royong. Budaya tersebut ada sejak zaman dahulu atau sejak kami belum lahir.
Budaya kesayan salah satu budaya yang masih ada dan masih dipergunakan oleh masyarakat Sidoraharjo. Daerah tersebut berada di wilayah kabupaten Gresik bagian Selatan. Budaya dapat mempengaruhi karakter bangsa yang baik, hal tersebut juga terdapat pada budaya kesayan. Budaya kesayan menghasilkan pengaruh yang positif bagi masyarakat karena dapat menumbuhkan jiwa patriotisme dan rasa nasionalisme pada bangsa yaitu dengan adanya tindakan yang memicu masyarakat dengan berdampak positif. Tindakan tersebut dalam bentuk gotong royong, yaitu dengan saling membantu antar warga masyarakat, misal : Apabila ada salah satu warga yang membangun rumah maka warga lainnya ikut serta dalam membantu pembangunan rumah tersebut. Dengan tindakan-tindakan tersebut dapat membentuk karakter bangsa yang baik. Budaya kesayan terlahir sejak dahulu, sejak kami belum lahir sampai sekarang.  Akan tetapi dengan berkembangnya zaman, budaya tersebut mulai luntur dan bergeser ke arah budaya-budaya baru.
Berdasarkan kenyataan tersebut, membuat kami tim KIR SMA Negeri 1 Kedamean mengangkat judul karya ilmiah “ Budaya Kesayan Sebagai Wujud Pembangun Karakter Bangsa“. Dengan adanya budaya kesayan dapat membangaun jiwa masyarakat yang baik seperti halnya bergotong royong, kebersamaan, dan kesadaran diri dalam membantu antar sesama. Sehingga membentuk karakter bangsa  yang baik dan tingginya jiwa patriotisme.

1.2.     RumusanMasalah

1.  Apa saja peranan budaya kesayan yang dapat membentuk karakter bangsa yang baik ?

1.3.     TujuanPenulisan

Mengetahui peranan apa saja yang ada pada budaya kesayan.

1.4.         ManfaatPenulisan

1.   Bagi Masyarakat :
Menjadikan suatu pekerjaan itu lebih mudah dan cepat selesainya dengan tidak meninggalkan kualitas. Mempererat hubungan tali persaudaraan antara anggota masyarakat dan saling bekerjasama. Merapatkan jurang perbedaan dalam masyarakat, contohnya antara golongan kaya dengan yang miskin, golongan pegawai dengan petani dan lain-lain.

2.   Bagi Bangsa :
 Tingginya jiwa patriotisme dan rasa nasionalisme yang menjadikan bangsa kita menjadi bangga. Mendidik generasi muda tentang kepentingan gotong royong seperti yang ada pada budaya kesayan. Membentuk pribadi yang luhur dalam kalangan masyarakat. Dengan beberapa hal tersebut dapat membentuk karakter bangsa yang baik.

 



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1.     PENGERTIAN GOTONG ROYONG

Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Kata gotong royong berasal dari dua kata yaitu gotong bekerja, dan royong bersama. Dalam garis besarnya dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan bersama-sama dengan musyawarah, Pancasila, hukum adat, ke-Tuhan-an, dan kekeluargaan. Gotong royong menjadi dasar Filsafat Indonesia seperti yang dikemukakan oleh M. Nasroen.
Dari acuan di atas gotong royong juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sosial yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dari jaman dahulu kala hingga saat ini. Rasa kebersamaan muncul karena adanya sikap sosial tanpa pamrih dari masing-masing individu untuk meringankan beban yang sedang dipikul. Di Indonesia kita masih bisa menemukan sikap gotong royong meskipun hanya sebagian kecil saja. Tetapi dibandingkan dengan Negara lain, Solidaritas dan rasa kegotong royongan lebih tinggi. Hal tersebut terjadi demikian, karena di negara lain tidak ada sikap ini yaitu sikap kegotong royongan yang tinggi. Melainkan sikap yang saling acuh tak acuh terhadap lingkungan di sekitarnya. Sedangkan di Indonesia masih ada budaya yang bersifat gotong royong meskipun dengan berkembangnya zaman budaya seperti itu mulai luntur. Akan tetapi budaya tersebut tidak sepenuhnya menghilang, melainkan sedikit tergeser ke arah yang negatif. Seperti yang terjadi pada budaya Kesayan. Budaya tersebut masih bisa kita temukan di daerah Gresik sebelah selatan. Lebih tepatnya di Kecamatan Kedamean, desa Sidoraharjo. Budaya tersebut merupakan sikap positif yang harus dilestarikan agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kokoh dan kuat di segala hal. Karena secara kultur, budaya tersebut memang sudah di tanamkan sejak kecil hingga dewasa. Sifat dimana kita sebagai warga masyarakat yang mampu menjunjung tinggi solidaritas, gotong royong dan sikap kekeluargaan antar warga setempat.
Hal tersebut merupakan salah satu cermin atau gambaran yang membuat Indonesia bersatu dari Sabang sampai Merauke, walaupun berbeda agama, suku dan warna kulit tapi kita tetap menjadi kesatuan yang kokoh. Inilah salah satu budaya bangsa yang membuat Indonesia dipuja dan dipuji oleh bangsa lain karena budayanya yang unik dan penuh toleransi antar sesama manusia.
Adapun pendapat dari salah satu tokoh yang dimana di daerahnya masih diterapkan budaya gotong royong, yaitu di desa Sidoraharjo yang menerapkan budaya kesayan. Beliau berpendapat bahwa kesayan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan.
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan secara kesayan antara lain : pembangunan rumah, pembangunan fasilitas umum dan membersihkan lingkungan sekitar. Hal tersebut kita kerjakan secara kesayan (gotong royong) atau bersama-sama. Sikap kekeluargaan, solidaritas, kesadaran diri atau kepedulian antar warga setempat sangat tumbuh pesat pada diri warga itu sendiri. Pekerjaan yang awalnya akan memakan waktu yang lama, apabila dikerjakan bersama-sama pasti pekerjaan tersebut akan lebih cepat selesai. Berat sama di pikul, ringan sama di jinjing ( Soerojo, warga setempat di desa Sidoraharjo)
Sikap kesayan itu seharusnya dimiliki oleh seluruh elemen atau lapisan masyarakat yang ada daerah Sidoraharjo. Karena dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat untuk melakukan setiap kegiatan dengan cara kesayan, dengan demikian segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat lebih mudah dan cepat diselesaikan dan pastinya pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar dan maju. Bukan itu saja, dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat dalam menerapkan perilaku kesayan maka hubungan persaudaraan atau silaturahim akan semakin erat.
Dibandingkan dengan cara individualisme yang mementingkan diri sendiri maka akan memperlambat pembangunan di suatu daerah. Karena individualisme itu dapat menimbulkan keserakahan dan kesenjangan diantara masyarakat di daerah tersebut.
Kesayan juga dapat ditafsirkan sebagai perbuatan tolong menolong dan kerja sama yang di lakukan secara bersama-sama. Semangat kesayan ini merupakan aktifitas masyarakat yang tinggi nilainya, individual yang masih mengamalkan aktifitas ini sangup mengorbankan dirinya demi warga setempat seperti yang diterapkan pada budaya kesayan. Dengan budaya yang seperti itu, dapat mewujudkan karakter bangsa yang baik.
Karakter akan terbentuk pada kepribadian setiap manusia atau individualisme. Kepribadian memiliki aneka warna atau bentuk yang berbeda-beda dan dimiliki setiap manusia. Aneka warna materi yang menjadi isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak serta keinginan kepribadian serta perbedaan kualitas antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran individu, menyebabkan adanya beraneka ragam struktur kepribadian pada setiap manusia yang hidup di muka bumi, dan menyebabkan kepribadian itu sendiri terbentuk. Kepribadian identik dengan kepribadian baik dan kepribadian jelek atau buruk. Tinggal kita bagaimana memilih kepribadiaan yang benar. Sikap kesayan adalah salah satu bentuk kepribadian yang baik, unggul dan menjadikan bangsa kita berkarakter ataupun bisa disebut sebagai Negara yang memiliki aktualisasi tinggi. Kepribadian akan terbentuk pada setiap diri manusia atau masyarakat. Kehidupan masyarakat adalah salah satu pengaruh terbentuknya suatu kepribadian ataupun karakter yang baik. Kehidupan pada manusia dapat disebut sebagai kehidupan kolektif, karena manusia  adalah jenis makhluk yang hidup dalam kolektif, yaitu mengetahui mengenai asas-asas pemikiran, sosial dan tindakan dalam kehidupan.

   2.2.  PENGERTIAN PERANAN

Menurut Soejono Soekamto peranan adalah keseluruhan kebudayaan yang di hubungkan dengan kedudukan tertentu dalam masyarakat yang mencakup sikap nilai dan perilaku. (Soejono Soekamto 1990, 268 )
Suatu Peranan membutuhkan sebuah unsur-unsur yang mempengaruhi karakter dengan berjiwa kebangsaan. Sebuah karakter dapat terbentuk dalam diri setiap manusia. Bagaimana cara setiap manusia mengembangkan sebuah karakter yang ada pada dirinya masing-masing. Salah satu peranan yang dapat menjadikan karakter bangsa yaitu dengan menerapkan sebuah budaya yang dimana didalamnya terdapat makna-makna penting ataupun sebuah penerapan dalam bentuk tindakan. Budaya Kesayan, termasuk sebuah budaya yang mempunyai peranan-peranan positif . Budaya tersebut mengajarkan sikap kegotong royongan dan kebersamaan antar warga. 
Sikap Gotong royong yang membentuk jiwa patriotisme dan sikap kepedulian antar sesama. Sikap gotong royong dilakukan dalam bentuk tindakan yang dilakukan setiap warga setempat. Saling memikul satu sama lain, saling membantu dan saling memberi sebuah motifasi atupun petuah-petuah. Semua itu tidak hanya ada dalam bentuk ucapan atau lisan saja melainkan dalam bentuk tindakan. Masyarakat berbondong-bondong atau ikut serta dalam pembangunan jalan, masjid, ataupun pembangunan rumah warga. Mereka saling membantu dan bergantian. Budaya tersebut akan membuat karakter warga setempat menjadi baik dan sangatlah unggu sehingga bangsa Indonesia bisa menjadi salah satu bangsa yang memiliki karakter kebangsaan.

 2.3. PENGERTIAN MASYARAKAT

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah, saling “ berinteraksi “. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat saling berinteraksi. Akan tetapi tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus. Contohnya, sekumpulan orang yang mengerumuni seorang tukang jamu di pinggir jalan biasanya tidak kita anggap sebagai suatu masyarakat, karena meskipun kadang-kadang mereka juga berinteraksi secara terbatas, mereka tidak mempunyai suatu ikatan berupa perhatian terhadap tukang jamu tadi. Demikian juga sekumpulan manusia yang menonton suatu pertandingan sepak bola, dan sebenarnya semua kerumunan manusia penonton apapun juga, tidak disebut masyarakat. Sebaliknya, untuk sekumpulan manusia itu kita pakai istilah sebuah kerumunan.
Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia itu menjadi suatu masyarakat yaitu pola tingkah-laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Dan pola itu harus bersifat mantap dan kontinyu istiadat yang khas. Dengan demikian suatu asrama, atau suatu sekolah, tidak dapat kita sebut sebagai masyarakat, karena meskipun kesatuan manusia yang terdiri dari murid, guru, pegawai administrasi, serta karyawan lain itu terikat dan diatur tingkah-lakunya oleh berbagai norma.




BAB III

METODE PENULISAN


3.1.         Browsing Internet

Untuk mendapatkan data yang jelas penulis menggunakan cara browsing dari internet secara langsung untuk mendapat informasi yang jelas dan tepat tentang kesayan sebagai pembangun karakter bangsa.

3.2.         Wawancara

Metode ini merupakan kelanjutan dari metode browsing dari internet yaitu dengan wawancara langsung dengan narasumber dari sesepuh dan warga setempat desa Sidoraharjo mengenai peranan budaya kesayan yang dapat membangun karakter bangsa.
Cara wawancara yang kami dapat tidak jauh berbeda dengan hasil informasi yang kami dapat dengan cara browsing dari internet.

3.3.         Kepustakaan

Metode ini di gunakan untuk bahan secara teoritis dalam suatu permasalahan dengan mencari bahan tambahan berupa buku panduan yang berhubungan dengan judul yang kami buat.

3.4.         METODE PENELITIAN

            Dalam metode penelitian ini, kami menggunakan dua metode yaitu: Metode Kuantitatif dan Metode Kualitatif. Metode yang kami gunakan bertujuan untuk menyempurnakan atau sebagai bentuk tambahan karya ilmiah kami.
            Untuk metode kuantitatif kami menampilkan berbagai informasi dan wacana yang berhubungan dengan judul yang kami buat, yaitu “Budaya Kesayan Sebagai Wujud Pembangun Karakter Bangsa”.
Selain itu kami juga menampilkan metode kualitatif yaitu pengumpulan data yang kami masukkan sebagai bahan penyempurnaan karya tulis yang kami buat ini.



BAB IV

PEMBAHASAN


4.1.         Bentuk peranan budaya kesayan sebagai bentuk untuk merubah karakter bangsa

Berat sama di pikul, ringan sama dijinjing. Itulah pribahasa melayu yang sering kali diungkap oleh nenek moyang kita. Namun demikian, pribahasa ini seakan-akan sudah lapuk ditelan zaman. Semangat gotong royong yang diamalkan oleh nenek moyang kita yang semakin berkurang dan tidak berdaya. Salah satu daerah yang masih mengamalkan kegiatan gotong royong yaitu desa “Sidoraharjo”. Mereka kerap menyebut budaya gotong royong dengan sebutan “Kesayan”.
Kesayan yaitu suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama atau secara bergotong royong. Masyarakat Sidoraharjo masih teguh mengamalkan gotong-royong karena masyarakat ini amat mementingkan perpaduan dan nilai tradisi serta suka hidup tolong-menolong dan melakukan kerja secara sukarela. Contoh kegiatan kesayan yang biasa dilakukan yaitu saat melakukan pembangunan rumah atau merenovasi rumah, mereka saling membantu antar sesame. Apabila ada salah satu warga yang sedang membangun rumah, maka warga lainnya ikut serta atau berperan aktif dalam pembangunan rumah tersebut. Kegiatan tersebut dilakukan oleh warga secara bergantian, dan secara tidak langsung kebersamaan warga semakin terjalin, sehingga tali persaudaraan, kesatuan, dan solidaritas semakin meningkat. Adanya rasa saling keperdulian antar warga dan sikap saling membantu dengan bergotong royong mampu menjadikan karakter pada diri warga sangat baik. Dengan karakter yang baik, Indonesia akan menjadi negara yang berkarakter kebangsaan dan mempunyai nilai-nilai luhur yang dapat mempersatukan kesatuan antar masyarakat. Dan Indonesia pun akan semakin maju. Selain itu aktivitas tersebut, juga dapat membangun karakter bangsa yang berjiwa patriotisme dan nasionalisme. Dengan pernyataan-pernyataan tersebut membuat kami berfikir, bahwa dengan sebuah budaya kesayan dapat menumbuhkan banyak manfaat beserta dampak yang positif bagi bangsa kita.  Akan tetapi budaya kesayan untuk saat ini mulai menghilang sedikit demi sedikit. Sehingga karakter bangsa pada saat ini mulai bergeser kearah yang negatif. Dalam pemikiran warga mengenai budaya kesayan sekarang mulai melebur dan entah kemana bergesernya budaya tersebut. Dan warga semakin membuat budaya kesayan menjadi asing dan mulai sedikit demi sedikit warga meninggalkannya. Sebuah budaya yang sudah terlahir sejak dulu sebelum kami terlahir di dunia ini.
Semua hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berdampak pada hilangnya atau bergesernya budaya kesayan ke arah negatif. Dari dampak tersebut, mengakibatkan suatu karakter bangsa yang awalnya baik dalam segi nasionalisme, kebangsaan dan kesatuan maupun  patriotisme.

4.2.         Faktor- faktor yang mempengaruhi bergesernya budaya kesayan.

            Kondisi umum yang terjadi di masyarakat Sidoraharjo sebelum budaya kesayan mulai meghilang dengan di pengaruhi berbagai segi kehidupan yaitu :

4.2.1.   Segi Ekonomi

Perubahan ekonomi Indonesia di bawah rezim Soeharto memungkinkan masuknya modal asing dan liberalisasi. Nilai-nilai budaya mulai dengan deras masuk dan menjadi bagian dari hidup masyarakat Indonesia. Kehidupan perekonomian masyarakat berangsur-angsur berubah dari ekonomi agraris ke industri. Industri berkembang maju dan pada zaman sekarang tatanan kehidupan lebih banyak didasarkan pada pertimbangan ekonomi, sehingga bersifat materialistik. Dengan pernyataan tersebut, maka nilai kegotong royongan pada masyarakat telah memudar. Masyarakat lebih memilih mengeluarkan uang dari pada menjunjung tinggi nilai kegotong-royongan. Dalam segi ekonomi masyarakat di Sidoraharjo pada zaman dahulu sangat rendah atau tidak berkecukupan, meskipun demikian rasa nasionalisme dan hidup bergotong royong selalu ada pada kesadaran diri warga setempat.
 Dibandingkan dengan ekonomi pada zaman sekarang yaitu sangat tinggi dan banyak warga yang sudah berkecukupan, sehingga nilai budaya gotong royong dan rasa nasionalisme sangat berkurang. Pada zaman dulu notabene mata pencaharian warga setempat hanya sebagai seorang petani. Aktifitas yang mereka lakukan kesehariannya yaitu, pada saat pagi hari mereka bersama-sama pergi ke sawah untuk menanam padi ataupun tanaman lainnya yang nantinya dapat menjadikan hasil dalam bentuk uang, notabene hanya sebagai petani saja. Belum ada pekerja industri, pengrajin maupun seorang tukang, sehingga mereka dengan mudah dapat menyisihkan waktunya dalam membantu warga setempat. Apabila ada salah satu warga yang membangun rumah, mereka berbondong-bondong pergi bersama – sama untuk membantu pembangunan rumah tersebut. Akan tetapi untuk saat ini, budaya atau kebiasaan tersebut mulai bergeser ke arah negatif. Hal tersebut dikarenakan sekarang banyaknya pekerja industri, perkantoran, serta pengrajin. Sehingga aktifitas mereka mulai banyak dan tidak adanya waktu yang tersisa buat mereka melakukan kebiasaan atau budaya kesayan seperti dulu, disaat notabene pencahariannya masih sebagai petani. Semakin berkembangnya zaman dan era globalisasi, warga mulai berpindah pekerjaan atau aktifitas yang awalnya hanya sebagai petani, sekarang menjadi pekerja industri. Munculnya perubahan tersebut membuat kesayan mulai berubah juga. Yang awalnya setiap warga yang membangun rumah selalu di bantu semua warga, sekarang berubah menjadi bukan semua warga yang membantu, melainkan hanya sebagian warga saja. Terlebihnya saudara-saudara dekatnya saja. Sekarang biasanya yang terjadi yaitu warga hanya membantu dalam perubuhan rumah atau lebih dikenal sebagai ” Panjang Gawe ” yang dulu setiap pembangunan rumah, mulai awal sampai akhir warga selalu ikut serta sekarang berubah, warga hanya membantu di saat perubuhan rumah atau pada saat aktifitas awal dan di saat membuat pondasi rumah saja. Setelah itu, warga sudah lepas tangan untuk membantu. Kesibukan aktifitas atau pekerjaan yang membuat mereka merubah budaya kesayan menjadi seperti itu. Dan pada kenyataannya peranan warga setempat mulai berkurang dan tidak terlihat seaktif dulu.

4.2.2.   Segi Budaya  

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah “kebudayaan” karena hanya amat sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya dengan beberapa tindakan naluri atau refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan apabila dia sedang membabi buta. Seperti yang dialami pada budaya kesayan. Budaya tersebut tumbuh dan berkembang karena adanya unsur kebiasaan atau tindakan yang sering dilakukan. Kesayan adalah budaya gotong royong yang berupa tindakan saling membantu antar warga setempat. Seperti yang sudah dijelaskan pada segi ekonomi tadi, bahwa budaya kesayan memiliki dampak yang positip. Apabila budaya tersebut masih sangat utuh atau bisa dibilang tidak luntur, maka Negara kita akan semakin makmur. Karena sikap kegotong-royongan dan solidaritas yang tinggi dapat membentu karakter bangsa yang didasari dengan kesatuan dan persatuan. Akan tetapi budaya kesayan mulai bergeser kearah negatif. Salah satu faktornya adalah adanya pendatang baru atau seseorang dari kota atau daerah lain yang ikut menetap di desa Sidoraharjo (migrasi). Keberadaan mereka tidak pernah menjadi permasalahan yang berujung dengan konflik, akan tetapi keberadaan merekalah yang menjadikan salah satu faktor penyebab bergesernya budaya kesayan atau melunturnya budaya kesayan. Mereka membawa unsur sebuah budaya yang mereka sering lakukan di daerah asalnya sebelum masuk di desa Sidoraharjo dan itu juga sudah menjadi kebiasaan. Budaya baru itulah akan membaur menjadi satu pada budaya kesayan. Budaya baru itulah yang kerap kita sebut dengan kulturasi atau acculturation yaitu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Terbukti bahwa tidak pernah terjadi difusi dari satu unsur ke budayanya. Contoh, budaya kesayan sudah lahir di desa Sidoraharjo sejak dahulu. Berkembangnya zaman, jumlah pendatang baru yang menetap di desa itu mulai banyak. Mereka tidak terbiasa akan budaya kesayan karena mereka membawa budaya sendiri yang mereka dapatkan dari daerah asal. Dengan pemahaman seperti itu, budaya kesayan mulai tercampur dengan budaya lain. Sehingga tidak sedikit orang yang memahami bahwa budaya kesayan memang harus ada karena budaya tersebut adalah peninggalan nenek moyang terdahulu, tapi tidak ada salahnya bila budaya tersebut mengalami pergeseran atau perubahan. Dengan syarat unsur-unsur yang terkandung masih ada meskipun keasliannya tidak seperti dulu lagi. Bercampurnya atau berbaurnya suatu budaya asal dengan budaya baru bisa disebut sebagai “Asimilasi atau assimilation“ yaitu proses sosial yang timbul bila ada :
·         Golongan-golongan manusia yang berlatar belakang berbeda-beda.
·         Saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang cukup lama.
·         Sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan – golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan yang campuran.
Pada kenyataannya golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu proses asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal itu golongan – golongan minoritas itulah yang mengubah sifat khas dari unsur- unsur kebudayaan, dan menyesuaikannya dengan kebudayaan dari golongan mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kepribadian kebudayaan, dan masuk kedalam kebudayaan mayoritas. Sikap toleransi dan simpati terhadap kebudayaan lain itu sebaliknya sering kehalang oleh beberapa faktor   “Asimilasi”. Faktor-faktor itu adalah :
·         Kurangnya pengetahuan mengenai budaya yang dihadapi.
·         Sifat takut terhadap kekuatan dari budaya lain.
·         Perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain.

4.2.3.   Segi Sosial

Sosial adalah kesatuan manusia yang terwujudkan karena adanya suatu cirri atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan kepada manusia-manusia itu. Misalnya, dalam masyarakat suatu Negara ditentukan melalui hukumnya  bahwa ada kategori warga diatas umur 18 tahun, dan kategori warga dibawah 18 tahun, dengan maksud untuk membedakan antara warganegara yang tidak memiliki hal pilih dalam pemilihan umum. Contoh lainya yaitu di Desa Sidoraharjo, yang memiliki budaya kesayan tersebut. Desa Sidoraharjo kehidupan sosialnya sangat baik. Saling menjaga satu sama lain dan saling menghargai. Akan tetapi kehidupan seperti itu tidak bertahan lama. Karena dengan berkembangnya zaman dan era globalisasi membuat warga setempat mulai mengelompok atau tidak barbaur dengan semua warga, melainkan hanya berbaur pada sebagian warga saja. Kenyataan tersebut membuat budaya kesayanpun terhambat. Warga berpendapat bahwa kehidupan social yang mengelompok tersebut disebabkan terbentuknya atau pemecahan dusun yang ada di desa Sidoraharjo. Yaitu, yang awalnya desa Sidoraharjo hanya terdiri menjadi satu dusun saja berubah menjadi enam dusun. Sehingga sikap saling mengelompok-mengelompok mulai muncul. Hal tersebut membuat rasa kesatuan dan persatuan warga menurun. Harapan desa Sidoraharjo adalah dengan adanya budaya kesayan mampu menumbuhkan rasa kesdatuan dan persatuan yang hilang itu. Meskipun pada kenyataannya budaya kesayan mulai bergeser atau bisa dibilang berkurang.
Kesayan diartikan warga sebagai jembatan yang mengait jurang pemisah antara dusun. Sebagai generasi buda patut untuk kita lestarikan dan kita jungjung tinggi nilai-nilai yang terkandung di dalam budaya kesayan. Adanya perubahan ataupun tambahan dari budaya lain, bukanlah sebuah hambatan untuk kita mempertahankan keutuhan budaya kesayan, meskipun pada kenyataannya budaya tersebut bergeser. 
Adapun pendapat dari warga setempat mengenai budaya kesayan di desa Sidoraharjo itu. Antara lain :
“Buat saya, kesayan adalah budaya yang khas akan selalu ada. Budaya kesayan tidak hilang, akan tetapi hanya bergeser atau tidak seperti dulu. Tapi disini kami sebagai warga setempat tetap berupaya agar budaya tersebut terus ada untuk generasi-generasi seterusnya.” (H. Hamsah, Kepala desa Sidoraharjo)
“Kami mengakui bahwa budayua kesayan mampu menjadikan diri kami sermakin baik. Pengalaman pribadi yang saya alami, yaitu saya merasa memiliki rasa solidaritas antar sesama semakin mencuat dan semakin memicu saya untuk menjadi kepribadiaan yang berkarakter baik. Kegotong-royongan itupun juga membuat saya merasa semakin barsatu dengan antar warga lainnya. Kesayan adalah alat pempersatu warga “ (P Mahmud, warga desa setempat)



BAB V

PENUTUP


5.1.     KESIMPULAN                                                                                  

            Budaya kesayan masih berkembang dan dijalankan oleh warga daerah Sidoraharjo, mereka mengartikan budaya kesayan sebagai budaya untuk bergotong royong, Contoh kegiatan kesayan yang biasa dilakukan yaitu saat melakukan pembangunan rumah, masjid serta balai desa. Mereka saling membantu antar sesama, apabila ada salah satu warga yang sedang membangun rumah, maka warga lainnya ikut serta atau berperan dalam pembanguna tersebut. Budaya kesayan termasuk salah satu budaya yang dapat membangun karakter bangsa.
            Adapun berbagai segi kehidupan yang dapat menghilangkan budaya kesayan tersebut yaitu :
1.      Segi ekonomi
2.      Segi Budaya
3.      Segi Sosial
Sehingga peranan masyarakat yang ada pada budaya kesayan mulai bergeser ke arah negatif. Sedikit demi sedikit warga mulai ada yang meninggalkan budaya tersebut. Sebagian dari mereka memilih untuk tidak menggunakan budaya kesayan, dikarnakan kondisi ekonomi yang meningkat dan profesi mereka yang mendorong mereka untuk tidak mengikuti budaya kesayan. Biasanya mereka mengunakan uang sebagai gantinya. Pergeseran budaya juga berdampak pada lunturnya budaya kesayan yang identik dengan gotong royong. Adanya atau masuknya budaya lain di daerah itu sendiri. Misal, adanya pendatang baru memperkenalkan dan menggunakan budaya yang dibawahnya dari tempat asal. Dengan adanya budaya yang baru, unsur budaya asli kesayan akan mulai bergeser. Budaya kesayan akan berbaur dengan budaya yang baru sehingga dapat di katakan asimilasi, yaitu perpaduan antara dua atau lebih budaya yang berbeda. Semua hal tersebut sangat berdampak pada bergesernya budaya kesayan ke arah yang negatif. Padahal dengan budaya kesayan dapat membangun karakter bangsa yang baik, yaitu sikap kesatuan, solidaritas dan kegotong - royongan antar warga tinggi. Sehingga Indonesia dapat dikatakan sebagai Negara yang berbangsa yaitu menjunjung tinggi nilai kesatuan dan persatun.

5.2.     SARAN-SARAN

Ø  Bagi masyarakat, apabila ada budaya baru yang datang dari luar seharusnya kita dapat menanggapi dengan baik, dan tidak meninggalkan serta melupakan budaya asli yang ada pada daerah asal kita. Budaya asli tetap jadi prioritas pertama, budaya baru hanya sebagai acuan atau tolak ukur saja.
Ø  Bagi generasi muda. Sebagai generasi muda, kita harus bisa menjaga dan melestarikan budaya yang ada pada daerah kita. Dimana kita terlahir dan dibesarkan di daerah itu. Generasi muda harus mampu menangani segala bentuk permasalahan yang dapat menghilangkan atau merubah sebuah unsur budaya yang terkandung dan terlahir dengan baik. Generasi muda juga harus mempertahankan sebuah budaya agar tidak bergeser ke arah negatif. Karna dengan sebuah budaya,bangsa Indonesia dapat membentuk karakter bangsa yang baik yaitu dengan menjungjung tinggi nilai kesatuan dan persatuan bangsa.
Ø  Bagi bangsa, sebagai masyarakat yang berbangsa luhur dan menjungjung tinggi nilai solidaritas antar sesama, harus bisa menjaga unsur budaya yang terkandung agar tidak luntur ataupun hilang.  Sebuah budaya patut untuk kita jaga kelestariannya, karna dengan menjaga sebuah kelestarian budaya sama halnya dengan sebuah usaha kita menjadikan karakter berbangsa yang baik dan jiwa aktualisme yang tinggi.



LAMPIRAN-LAMPIRAN


Lampiran 1 : Penulis

BIODATA PENULIS
  1. Nama Peserta                          : Maulana Adi Wibowo
  2. Alamat                                                : Desa Gading Watu – Kecamata Menganti
  3. Nomor telepon                        : 085648105997
  4. Tempat Tanggal Lahir             : Gresik, 15 Mei 1995
  5. Jenis Kelamin                          : Laki-laki
  6. Agama                                     : Islam
  7. Sekolah                                   : SMA Negeri 1 Kedamean
  8. Kelas/No.induk                       : XII IPA 1 / 2180
  9. Alamat E-mail                         : maulana_adiboy@yahoo.co.id
  10. Setatus Keluarga                     : Anak kandung kedua
  11. Nama Ayah                             : Suwarno
Pekerjaan                                 : Wiraswasta
Alamat                                                : Desa Gading Watu – Kecamata Menganti
  1. Nama Ibu                                : Supriyati
Pekerjaan                                 : Ibu rumah tangga
Alamat                                                : Desa Gading Watu – Kecamata Menganti

Kedamean,…..September 2012
Mengetahui,                                                                Peneliti
       Kepala SMA Negeri 1 Kedamean



          Drs.H.M.Syafa’ul Anam, M.M                                     Maulana Adi Wibowo
           NIP. 19650207 198803 1 012                                              NIS. 2180

BIODATA PENULIS
  1. Nama Peserta                          : Asmaul Khusnah
  2. Alamat                                                : Desa Sidoraharjo – Kecamata Kedamean
  3. Nomor telephon                      : 085748328493
  4. Tempat Tanggal Lahir             : Gresik, 10 Desember  1995
  5. Jenis Kelamin                          : Perempuan
  6. Agama                                     : Islam
  7. Sekolah                                   : SMA Negeri 1 Kedamean
  8. Kelas/No.induk                       : XII IPA 3 /2088
  9. Alamat E-mail                         : akhusna@ymail.com
  10. Setatus Keluarga                     : Anak kandung pertama
  11. Nama Ayah                             : Bhakrul Ali
Pekerjaan                                 : Wiraswasta
Alamat                                                : Desa Sidoraharjo – Kecamata Kedamean
  1. Nama Ibu                                : Rumi
Pekerjaan                                 : Ibu rumah tangga
Alamat                                                : Desa Sidoraharjo – Kecamatan Kedamean

Kedamean,…..September 2012
Mengetahui,                                                    Peneliti
       Kepala SMA Negeri 1 Kedamean




          Drs.H.M.Syafa’ul Anam, M.M                              Asmaul Khusnah
           NIP. 19650207 198803 1 012                                    NIS. 2088


BIODATA PENULIS
  1. Nama Peserta                          : Muhammad Sukron Hidayat
  2. Alamat                                                : Desa Sidoraharjo – Kecamata Kedamean
  3. Nomor telephon                      : 085731906045
  4. Tempat Tanggal Lahir             : Gresik, 25 Juli 1996
  5. Jenis Kelamin                          : Laki-laki
  6. Agama                                     : Islam
  7. Sekolah                                   : SMA Negeri 1 Kedamean
  8. Kelas/No.induk                       : XI IPA 3 /2354
  9. Alamat E-mail                         : m.sukronhidayat@yahoo.com
  10. Setatus Keluarga                     : Anak kandung pertama
  11. Nama Ayah                             : Kasan
Pekerjaan                                 : Wiraswasta
Alamat                                                : Desa Sidoraharjo – Kecamata Kedamean
  1. Nama Ibu                                : Wakiah, S.Pd
Pekerjaan                                 : Guru
Alamat                                                : Desa Sidoraharjo – Kecamatan Kedamean

Kedamean,…..September 2012
Mengetahui,                                                    Peneliti
       Kepala SMA Negeri 1 Kedamean




          Drs.H.M.Syafa’ul Anam, M.M.                        Muhammad Sukron Hidayat
           NIP. 19650207 198803 1 012                                      NIS. 2088


Lampiran 2 : Pembina

BIODATA PEMBINA KARYA TULIS
  1. Nama                                                   :  Tri Bagus Hery Prastyo,  S.Pd
  2. NIP                                                      :  19671222 199001 1 001
  3. Jabatan                                                 :  Guru Mata Pelajaran
  4. Pangkat/Gol Ruang                              :  Pembina / IV.a
  5. Tempat, Tanggal Lahir                         :  Lamongan, 22 Desember 1967
  6. Jenis kelamin                                        :  Laki-laki
  7. Agama                                                  :  Islam
  8. Mata Pelajaran Yang Diajarkan           :  Matematika
  9. Tugas Tambahan                                  :  Pembina OSN
  10. Pendidikan terakhir                              :  Sarjana Pendidikan Matematika
  11. Status Perkawinan                               :  Kawin
  12. Alamat Rumah                                     :  Perum TSI D/27 Kepatihan
  13. Nomor Telepon                                    :  081 330 204 376 

Narasumber    : Hamsyah selaku Kepala Desa Sidoraharjo
Pewawancara : Peneliti
Pelaksanaan    : 29 Agustus 2012
       
            Dari metedologi penelitian yang kami gunakan salah satunya adalah metedologi wawancara.  Daftar pertanyaan dalam wawancara kami tersusun sebagai berikut :
1.      Gotong royong merupakan salah satu ciri khas dari bangsa Indonesia, apakah ada di desa Sidoraharjo budaya yang sedemikian rupa, dan jika ada bagaimanakah bentuknya?
2.      Seiring dengan perkembangan zaman, bagaimanakah perkembangan budaya kesayan mulai dari dulu sampai sekarang khususnya di Desa Sidoraharjo?
3.      Setiap budaya akan mempunyai sebuah peranan tersendiri, sebuah peranan tersebut akan terwariskan dan dikembangkan dengan baik oleh sang pewarisnya seperti halnya budaya di desa Sidoraharjo. Apakah dampak dan peranan budaya kesayan bagi pembentukan karakter  warga setempat?
4.      Apa saja pengaruh dari bergesernya budaya kesayan?
5.      Bagaimanakah tindak lanjut dari bapak beserta warga setempat, agar budaya kesayan  dapat berkembang dengan baik dan tidak bergeser?



DAFTAR PUSTAKA

Geertz, Glifford. 1992. Tafsir Budaya. Kanisius. Yogyakarta.166 halaman.

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Jawa. Bali Pustaka. Jakarta.

Hardiyanti, Adwiana. 2010. Sosiologi : Perasan Unsur Budaya. Widya Utama. Jakarta.

Mulder, Niels. 1996. Pribadi dan Masyarakat di Jawa. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 192 Halaman.

Sujamto. 1997. Pandangan Hidup Jawa. Dahara Prize. Semarang. 127 halaman.


Suseno, Franz Magnis. 1996. Etika Jawa. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 265 halaman.

Widyosiswoyo, Supartono. 1991. Sejarah Nasional dan Sejarah Dunia. Intan Pariwara. Jakarta. 277 Halaman.

Soekanto, Soerjono. 1982. Teori Sosiologi tentang Pribadi dalam Masyarakat. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Referensi Tambahan

www.carapedia.com/pengertian_definisi_masyarakat_